Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Pesantren Mathali’ul Falah
mengadakan kegiatan seminar pendidikan dan bedah buku (23/9). Kegiatan terselenggara melalui bekerja sama dengan IPNU dan IPPNU cabang Pati.
Seminar yang diadakan dalam rangka memperingati Haul ke-1000 KH.
Sahal Mahfudz mengangkat tema “Santri Membaca Zaman; Percikan Pemikiran Kaum
Pesantren”. Acara dengan narasumber H. Hasan Habibie ST MSi dari Kemendikbud, Abdul
Ghoffar Rozin Rektor IPMAFA, Ah. Dimyati Wakil Rektor Ipmafa, dan Noor Sa’id ini dihadiri mahasiswa
dan santri dari dalam maupun luar kampus IPMAFA.
Ah. Dimyati dalam paparannya menyampaikan bahwa bedah buku ini akan
memberikan hal baru bagi cakrawala santri mengingat citra santri pernah
tercemar karena adanya gerakan-gerakan partikel yang mengatasnamakan pesantren.
Maka dari itu, citra santri ini harus diolah kembali atau dikembalikan lagi
pada santri yang memang generasi yang menanamkan nilai-nilai kedamaian.
Sementara Noor Sa’id, salah satu penulis buku terkenal ini berharap
agar para santri dapat menerapkan beberapa prinsip yang telah diterapkan oleh
Kiai Sahal yaitu: teguh dalam memegang akidah, toleransi, kaya sudut pandang
dan dimulai dari membaca.
“Membaca
adalah kunci membuka jendela dunia yang mana menjadi bekal untuk menghadapi
berbagai macam tantangan zaman.” tegasnya.
Kemudian Gus rozin memaparkan bahwa sejarah pesantren itu tidak pernah
terpotong dan tidak akan berhenti pada jangka pendek. Ada 73
karya ulama nusantara yang diakui oleh penjuru dunia dan seluruh penulis dari
karya hebat tersebut adalah jebolan dari pesantren. Inilah bukti bahwasannya eksistensi kalangan
pesantren tidak termakan oleh masa.
Seminar yang berlangsung selama 3 jam ini cukup mendapat antusiasme
dari peserta yang hadir. Salah satu pertanyaan menarik dari peserta adalah
bagaimana cara santri mengimbangi dunia yang semakin plural dan global?
Hasan Habibie menjawab dengan lugas bahwa santri tidak
harus menutup diri dari kemajuan teknologi, tetapi santri harus tetap bisa
mengikuti arus zaman dan menyikapinya dengan cerdas. Setiap
pilihan akan memiliki konsekuensi yang berbeda-beda, oleh
karena itu santri harus cermat dalam menentukan pilihan.