Mahasiswa IPMAFA Audiensi dengan BNN Jawa Tengah: “Katakan Tidak Pada Miras dan Narkoba"


Mahasiswa IPMAFA yang diwakili oleh Nuruddin, Pipit, Niam dan Audina mengikuti audiensi dengan BNN Jawa Tengah dengan tema besar ‘Penyuluhan Pencegahan Peredaran/Penggunaan Minuman Keras Dan Narkoba Di Generasi Muda” (28/11/2016).  Acara yang diselenggarakan di kawasan resto Pati itu diikuti beberapa perwakilan pemuda dan mahasiwa dari kota Pati seperti mahasiswa STAIP, mahasiswa Kristen Pati, organisasi kemahasiswaan PMII dan HMI, juga beberapa perwakilan pemuda kota Pati turut hadir di acara tersebut. 

Narkoba dan miras sejak dahulu menjadi momok yang sangat buruk bagi perkembangan bangsa umumnya dan bagi diri generasi pemuda sendiri khususnya. Hal itu disampaikan oleh seorang narasumber, Chandra Eka Sariningsih, penyuluh Narkoba BNNP Jateng. 

“Indonesia saat ini darurat narkoba, sekarang ini negara kita tidak hanya menjadi transit narkoba, tetapi sudah menjadi negara produsen dan pasar narkoba” jelasnya. Perkembangan penyalahgunaan narkotika pada tahun 2015 dari data nasional menunjukkan sebesar 2.20%, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (2014) sebesar  2.18%.

Disampaikan juga bahwa narkoba yang sering menyerang pasaran masyarakat adalah jenis shabu-shabu, kokain, heroin, morphine, metadon, CC4. Narkoba sendiri merupakan zat/obat dari alami (tanaman) atau sintetis (bukan tanaman) yang mengganggu daya pikir, daya ingat, konsentrasi, persepsi, perasaan, dan perilaku serta gangguan kesadaran juga efek ketergantungan. Dari dinamika penyebarannya, sasaran narkoba dan miras kebanyakan tertuju pada para pemuda yang memang minim akan sentuhan-sentuhan religius dan intellegen-nya. 

Realitas tersebut bertolak belakang dengan wujud pengamalan yang coba ditanamkan di kampus berbasis pesantren seperti di IPMAFA. Karena memang nilai-nilai luhur pesantren tidak hanya dipolakan pada ngaji di pondok atau pesantren saja, lebih dari itu IPMAFA mencoba membudidayakan nilai-nilai agama sebagai suatu ajaran dan kebiasaan, bukan hanya menjadi obyek kajian ilmiah saja. Sebuah jalan ikhtiar dari para pendiri, mengkampuskan pesantren atau mempesantrenkan kampus. Kuliah OK, Ngaji juga OK!!