Halaqoh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren
se-Indonesia menyelenggarakan Muktamar III & Seminar Nasional dengan tema
"Mengukuhkan Integritas Mahasiswa Santri Menyambut Tahun Demokrasi".
Pada Muktamar ini Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEBI) Al-Muhsin Yogyakarta
menjadi tuan rumahnya. Ahmad Muslikul Umam, selaku ketua panitia, menyampaikan
bahwa muktamar ini merupakan agenda tahunan untuk mengatur mekanisme
pertanggungjawaban dan pemilihan ketua baru Halaqoh BEM Pesantren se-Indonesia.
Dalam sambutannya, Presidium Nasional Halaqoh BEM Pesantren
Se-Indonesia berharap mahasiswa santri menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah
diajarkan di pesantren. Beliau juga menjelaskan berintegritas bukan berarti
apolitis, tetapi tetap berpolitik dengan cara yang ramah, santun dan
menghindari praktik politik praktis yang kontraproduktif.
Ketua STEBI Al-Muhsin, Dr. HM. Anis Mashduqi, Lc., MSI,
menyampaikan dalam sambutannya bahwa mobilitas dan panggung politik santri
sudah dimulai sejak fase pra kemerdekaan. Kaum santri menjadi pejuang
kemerdekaan dan turut kemudian mengisi kemerdekaan. Anis menambahkan, pada era
reformasi dan demokrasi sekarang ini mobilitas dan panggung santri dalam dunia
politik harus berlanjut dan semakin kuat. Mulai dari jabatan presiden, menteri,
tidak lepas dari peran santri, momentum lima tahunan pilgub dan pileg juga
tidak lepas dari kontestasi kader-kader santri untuk menempati posisi governing
elite.
Dr Marwan MA selaku keynote speaker yang menggantikan
Prof Dr Mahfudz MD yang berhalangan hadir pada kesempatan itu menegaskan
pentingnya membangun dan menjaga integritas dalam berpolitik dan pemerintahan.
"Bersih keluar, juga bersih di dalam, tidak korupsi keluar, juga tidak
korupsi di dalam", tegasnya. Korupsi massal seperti terjadi di Malang dan
Sumatera Utara, adalah bukti hilangnya integritas elit politik dan pejabat
kita.
Muhammad Mustafied, salah seorang narasumber, menyampaikan bahwa integritas mahasiswa yang
sudah teruji di level personal harus diterjemahkan dalam konteks etika publik.
Momentum tahun politik 2019 akan diwarnai oleh politik identitas yang
membahayakan integrasi sosial dan kebangsaan. Oleh karena itu, tugas mahasiswa
santri mentransformasikan amenghadirkan wacana politik kemaslahatan yang
berbasis pada hak-hak dasar rakyat. Di sinilah pentingnya mahasiswa santri
menghadirkan etika politik.
Sedangkan Dr Aguk Irawan, salah seorang narasumber,
menegaskan bahwa hadirnya fenomena politik identitas bisa membahayakan bagi
solidaritas masyarakat, apalagi medsos juga turut menciptakan kegaduhan. Maka mahasiswa
santri harus membawa narasi besar untuk kemaslahatan
umat dan bangsa. Selain itu, mahasiswa-santri harus punya integritas pada
nilai-nilai luhur dalam berbangsa, termasuk bijak dalam bermedsos.
Dalam seminar tersebut turut hadir KH Imam Aziz ketua PBNU yang menyampaikan nasehat pada para
mahasiswa santri supaya mejadi garda terdepan dalam menggerakkan ekonomi kreatif. Indonesia
memiliki potensi besar untuk dikelola oleh para mahasiswa santri.
Muktamar III & Seminar Nasional Halaqoh BEM Pesantren
se-Indonesia dihadiri oleh sekitar 220 peserta perwakilan sekolah tinggi
berbasis pesantren se Indonesia. Agenda tahunan yang dimulai pada hari Kamis,
27 September 2019 ini akan berakhir pada hari Sabtu, 29 September 2019.
Muktamar ini akan menentukan figur ketua Halaqoh BEM Pesantren Se-Indonsia baru
untuk periode 2018-2019. (Panpel).